Sudah lama Myca memendam perasaan cintanya kepada Michael yang juga
teman sekelasnya pada masa SMA dulu, namun kesempatan bagi dia untuk
mengutarakan isi hatinya tak pernah tersampaikan. Michael memanglah
teman sekelas Myca, tetapi mereka jarang sekali berinteraksi atau hanya
sekedar bertegur sapa. Michael adalah sosok yang pendiam dan cool
sehingga ia diidamkan banyak perempuan-perempuan di sekolah, dia tampan
dan paling pintar dalam bidang olahraga. Banyak wanita yang
berangan-angan ingin menjadi pacarnya, dan tidak sedikit yang berani
mengungkapkan perasaannya kepada Michael secara terang-terangan, tetapi
hasilnya begitu mengejutkan sekaligus membuat rasa penasaran Myca
memuncak akan diri seorang Michael. Laki-laki itu tidak pernah menerima
salah satu pun dari mereka dan ia belum pernah berpacaran.
Myca menyadari rasa sukanya semakin mendalam ketika pemakaman ayah
Michael yang meninggal karena sakit keras. Ia merasa sangat terpukul
seakan ikut memikul beban kesedihan yang dialami Michael waktu itu. Air
matanya menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak mampu menahan rasa
ibanya saat melihat wajah Michael yang suram lagi di rundung duka. Momen
itu adalah kenangan yang paling tidak terlupakan bagi Myca, tetapi
kenyataan pahit harus ia telan bulat-bulat. Kini tak ada lagi Michael
yang ia kagumi. Hari-hari di sekolah bersama, masa-masa Ujian Nasional,
sampai pada acara perpisahan ke puncak... semua itu telah berlalu dan
menjadi sebuah memory manis yang akan selalu terekam di kepala Myca.
Dunia nyata sudah di depan matanya. Setelah lulus SMA ia memutuskan
melanjutkan kuliah di Jerman. Dan dengan jalan ini pula ia berharap
dapat melupakan sedikit demi sedikit, perlahan demi perlahan bayangan
Michael yang hadir dalam mimpinya setiap malam. 4 tahun menetap dan
belajar di Jerman pun rupanya belum cukup untuk menghapus Michael dari
kehidupannya secara utuh, akhirnya Myca kembali ke Indonesia dengan
menyandang gelar .Ing pada namanya sebagai bentuk ketuntasan ia
menyelesaikan program study S1-nya.
Wanita yang memakai sweater biru tebal dan syal berwarna cream itu menghela nafas panjang sesampainya ia di bandara.
gumamnya menggunakan bahasa Jerman. Di sana telah menunggu seseorang
yang menjemputnya, pria itu nampak gusar memperhatikan sekelilingnya, ia
hanya mondar-mandir-duduk-berdiri dan menoleh ke kanan-kiri. “Hey,
Myca! Sebelah sini!” teriaknya dengan lantang ketika mendapatkan sosok
yang ia cari sedari tadi. Saat mendengar ada yang memanggil namanya,
Myca menggiring kopernya dan menghampiri orang tersebut.
tanya Myca masih menggunakan bahasa Jerman. Ia heran mengapa pria ini
mengetahui namanya, ia takut orang ini adalah orang jahat, itu sebabnya
ia tidak berbahasa Indonesia.
Wajah pria itu terlihat kosong. Ia tidak mengerti maksud perkataan Myca.
Ia menaikan satu alisnya dan mengetuk-ngetuk dagunya dengan jari
telunjuk seperti orang yang sedang berfikir. “hmmm... baiklah akan ku
coba!
.” Kemudian laki-laki itu tersenyum lebar ke arah Myca dan membuat Myca benar-benar bingung.
“tidak buruk. Tapi aku tidak mengenalmu, jadi minggirlah dari jalanku.”
Myca menggandeng genggaman koper besarnya dan bersiap melangkah pergi
dari sana, tapi pria itu kembali menghalanginya dan ia tidak membiarkan
Myca lewat.
Wajahnya memerah menahan kesal, ia mendekatkan mukanya ke pria itu. “apa mau mu?! Jangan membuatku naik darah!” gertaknya tegas.
Hanya dengan satu kali hardikan Hyou langsung menyingkir dari hadapan
Myca dan membiarkan wanita itu berjalan melewatinya. “apa kau lupa siapa
aku?!” sahutnya yang seketika menghentikan langkah kaki Myca. Dengan
berat hati ia menoleh ke arah pria bernama seperti orang keturunan
Jepang tersebut namun tiba-tiba saja sebuah pelukan sudah melayang di
tubuhnya.
“apa kau tidak ingat aku Myca?! aku Hyou! Aku teman masa kecilmu dulu!”
ujar Hyou berusaha mengingatkan Myca tanpa melepas dekapannya.
Myca mendorong kasar pundak Hyou dengan kedua telapak tangannya untuk
melepaskan pelukan yang menurutnya menjijikan itu. “kau sudah gila?! Aku
tidak punya teman bernama Hyou!”
Kejadian kemarin berhasil membuat mood Myca berantakan. Baru saja ia
kembali menginjakkan kakinya di Indonesia ia sudah bertemu orang gila
yang mengaku teman masa kecilnya dulu. Myca berkutat dengan fikirannya
semalaman dan ia yakin betul bahwa ia tidak pernah memiliki teman dengan
nama Hyou. Ia memikirkan pria itu bukan karena perduli, tapi hanya
ingin memastikan kalau ingatannya masih bagus. Mana mungkin aku tidak
ingat dengan temanku sendiri? Kalau ia benar temanku pasti aku tidak
akan lupa padanya. Katanya dalam hati.
Hari ini Myca berencana pergi ke rumah Elizabeth teman semasa SMA-nya.
Ia memanaskan mesin mobil dan bersiap-siap untuk temu kangen dengan
sahabatnya itu. sudah lama sekali rasanya aku pergi, seperti apa ya dia
sekarang? Pikirnya.
Myca melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, di otaknya sekarang
banyak sekali pertanyaan yang bermunculan terlebih ketika ia melewati
sekolah SMA-nya. Entah mengapa rasa rindu itu muncul... ia ingin bisa
bertemu dengan Michael, harapannya masih belum berubah baik dulu maupun
saat ini. Ia ingin perasaannya terbalas, walau hanya sedikit... ia
berdoa agar Michael juga merasakan perasaan yang sama dengannya...
jika tidak ada lagi yang dapat ku percayai di dunia ini, ketahuilah
Michael... satu yang akan selalu aku percaya bahwa hatiku tetap
menyayangimu...
Pikiran Myca melayang-layang entah ke mana sampai-sampai ia tidak
menyadari lampu merah yang menyala dan seseorang hendak menyebrang
jalan.
Myca menginjak rem secepat yang ia bisa, ia memejamkan matanya dan
berteriak histeris. “aakkkkhhhhhhhh!!!” Myca harap ini tidak terlambat,
dia harap dia tidak menjadi seorang pembunuh. Perlahan ia membuka kedua
matanya dan melihat seorang pria terduduk di depan mobilnya dan
syukurlah tampak tanpa cacat ataupun luka. Sejenak ia terdiam, kedua
tangannya yang masih memegang stir mobil bergetar dan berkeringat.
Akhirnya Myca melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil dengan
terburu-buru kemudian menghampiri orang itu.
Myca menjatuhkan lututnya ke atas aspal lalu menyentuh pundak pria yang
hampir ia tabrak dan mengucap penuh rasa sesal. “aku sungguh minta maaf,
aku tidak sengaja... tolong maafkan aku...”
Pria tersebut memalingkan wajahnya ke arah Myca dan tersenyum lembut.
“tidak apa, aku tau kau tidak mungkin sengaja melakukannya. Aku
baik-baik saja dan tidak luka sedikitpun kok.”
“Michael?” ucap Myca dengan pelan. Ia tidak percaya bahwa laki-laki di
hadapannya sekarang adalah Michael. Ia ingat dan tidak mungkin salah!
Dia Michael! Dia orang yang di sukai oleh Myca! Dan takdir kini
mempertemukan mereka kembali...
###
Elizabeth terus membolak-balik majalah Cosmopolitan itu dan sesekali
melirik sahabatnya Myca yang diam termenung menopang dagu di depan
monitor laptop sambil melihat-lihat foto kenangan masa SMA dulu.
“kau sudah melihatnya ratusan kali, apa tidak bosan?” sindir Elizabeth,
ia meletakan majalah itu di atas meja kecil di samping tempat tidurnya
dan mendekati Myca.
“apa yang akan kau lakukan ketika kau mengetahui bahwa orang yang paling
kau cintai akan segera menikah?” nada datar dan tak bersemangat itu
keluar dari bibir Myca. Mulutnya berkata tetapi pandangannya hanya
terfokus pada foto Michael di layar laptop yang memakai baju seragam
putih abu-abu penuh dengan coretan tanda tangan dan piloks warna-warni.
Ya, itu adalah foto kelulusan di mana saat semua teman-teman Myca sibuk
bercanda ria tetapi ia tidak bisa ikut merayakannya karna suatu hal.
“merelakannya... itu yang akan aku lakukan jika aku menjadi dirimu.”
Katanya singkat dan padat. Rupanya jawaban Elizabeth memberikan reaksi
terhadap Myca. Ia menutup laptop itu dan menatap Elizabeth dengan mata
nanarnya. “aku serius! Ini bukan hanya sekedar orang yang paling kau
cintai, tetapi sangat amat kau cintai!”
Elizabeth tidak menjawab perkataan sahabatnya tetapi ia malah merangkul
Myca. Ia tau persis bagaimana perasaan sahabatnya itu akan Michael, ia
tau Myca sangat menyukai Michael, tapi tak banyak yang bisa ia lakukan
selain memberikan sebuah pelukan untuk Myca meluapkan kesedihannya.
Takdir yang menemukannya dan Michael ternyata menyimpan kejutan besar,
khususnya bagi Myca. Setelah kejadian itu Myca sempat berbincang dengan
Michael di sebuah cafe. Percakapan yang paling panjang yang pernah
terjalin antara ia dan Michael mungkin.
“apa kabarmu? Aku dengar setelah kita lulus SMA kau langsung pergi ke Jerman untuk melanjutkan kuliah?”
“iya, kau betul, aku baru lulus dan pulang dari Jerman kemarin. Aku
baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana? Sekarang sedang sibuk apa?”
“aku juga sangat baik. Yaaa... seperti biasa, aku sibuk bekerja dan sedang mempersiapkan acara pernikahan.”
“oya? Maaf aku tidak bisa lama-lama, ibuku pasti mengomel kalau aku terlalu lama berpergian. Aku pulang dulu ya. Bye”
“tunggu Myca! boleh aku tau nomer telfon mu?”
“ya, tentu.”
Wanita itu berfikir apa spesialnya sebuah nomer telfon? Lagipula Michael
pasti tidak akan menghubunginya. Ya, karena dia sedang sibuk
mempersiapkan pernikahannya dengan perempuan yang ia cintai. Sakit
sekali hati Myca begitu mendengar ucapan itu terlontar dari mulut
Michael. Disaat harapannya terkabul tetapi ia harus menelan kenyataan
yang memilukan... rasanya perih seperti tertusuk duri bunga mawar yang
indah namun mampu melukai seseorang yang menyentuhnya.
Ia menyesal mengharapkan untuk bertemu lagi dengan Michael. Ia menyesal
dapat melihat Michael kembali. Jika bisa ia memutar waktu, ia ingin
tetap berada di Jerman dan tidak kembali untuk selamanya, membiarkan
perasaannya tersiksa setiap hari dari pada harus mengetahui berita tak
mengenakkan ini.
###
Benda kecil yang terus berdering itu memaksa Myca yang masih terlelap
untuk bangun dari tidurnya. Tangannya meraba-raba pada meja di samping
ranjang dan meraih benda tersebut. Myca mengusap-usap matanya beberapa
kali lalu membukanya. Ia melihat sebuah pesan dari nomer tak di kenal
bertuliskan :
Guten Morgen Myca, ini aku Michael, aku ingin mengajakmu keluar malam ini, apa kau ada waktu?
Saking terkejutnya Myca, ia langsung bangun dari posisi tidurnya dan membalas pesan dari Michael :
Aku tidak tau ternyata kau bisa bahasa Jerman juga haha baiklah, aku bisa. Jam berapa dan di mana tempatnya?
Beberapa saat kemudian Michael membalasnya :
Tidak, aku tidak bisa bahasa Jerman, hanya itu yang aku tau hahaha jam 7 di cafe tempat waktu itu kita bertemu, ok?
Myca membalas pesan itu lagi :
Ok. Baiklah,
bis später
Yang ada di dalam pikiran Myca sekarang adalah “Berpenampilan sebaik
mungkin!” anggap saja ini adalah pertemuan terakhirnya dengan Michael
karena setelah acara makan malam ini pasti tidak ada lagi kesempatan ia
untuk berjumpa dengan pria pujaannya itu. Michael pasti akan sibuk
dengan keluarga barunya, istri dan anak-anaknya. Ah, entah mengapa
selalu saja hal negative tentang Michael yang terfikirkan olehku.
Gumamnya.
Myca tau ini waktunya dia untuk berhenti berharap, ia tidak boleh lagi
membuang-buang waktunya untuk Michael yang bahkan tidak mengerti
perasaannya sedikitpun. Sepertinya ungkapan “tidak semua impian menjadi
kenyataan” memang benar, buktinya ini lah yang sedang terjadi kepada
Myca. Hatinya belum sanggup merelakan Michael namun ia harus bisa
menerima takdir yang telah digariskan.
Pukul 5 sore ia sudah bersiap-siap dan berdandan secantik mungkin untuk
tampil di depan Michael. Pilihannya jatuh pada dress berwarna hitam di
atas lutut dengan lengan pendek dan aksen bunga mawar di bagian
pinggang. Myca mulai memoles wajahnya dengan foundation dan bedak tipis,
ia menambahkan blush on dan lipstick berwarna pink cerah serta tidak
lupa membubuhkan eyeshadow glitter pada kelopak matanya juga mascara,
sedangkan untuk rambut, ia membiarkannya terurai alami.
Voila! Persiapan kini sudah selesai. Sentuhan terakhir adalah sepatu.
Myca memakai heels berwarna hitam dengan bahan suede agar terlihat
sederhana. Ia berjalan ke arah cermin besar di dalam kamarnya. Matanya
mengerjap-ngerjap tak percaya melihat bayangan seorang perempuan yang
begitu cantik di dalam cermin itu. Myca tersenyum geli sambil sesekali
merapihkan rambutnya. Beberapa saat kemudian terdengar bunyi klakson dan
ia segera turun ke lantai bawah.
“m-maaf membuatmu menunggu.” Ucap Myca sedikit gugup. Michael nampak
sangat tampan malam itu, dengan penampilan yang sederhana namun tetap
menarik. Ia mengenakan Jersey team bola favoritnya yaitu Barcelona dan
celana jeans hitam. Myca rasa akan sulit untuk bisa benar-benar
merelakan pria itu seperti yang disarankan oleh Elizabeth.
“tidak apa. Kau cantik sekali Myca, ayo kita berangkat.” Pria itu tersenyum manis lalu membukakan pintu mobil untuk Myca.
Astaga, bagaimana mungkin aku bisa melupakan Michael kalau dia bersikap seperti ini kepadaku?
Di perjalanan menuju restaurant tidak ada di antara mereka berdua yang
berani memulai pembicaraan. Baik Myca dan Michael keduanya nampak gugup
dan malu-malu untuk membuka mulut. Untunglah jarak restaurant itu tidak
terlalu jauh jadi mereka tidak perlu berlama-lama larut dalam keheningan
yang membosankan.
Begitu memasuki tempat makan itu Myca dan Michael langsung disambut oleh
seorang pelayan yang membawa mereka ke bangku spesial yang telah di
pesan Michael. Pelayan itu tersenyum ramah dan mengulurkan daftar menu
kepada mereka.
“kau mau pesan apa?” tanya Michael.
“sama sepertimu saja, lagipula aku baru kedua kalinya ke sini,
sepertinya kau lebih tau makanan mana yang enak.” Ujar Myca lalu
menyerahkan kembali daftar menu pada sang pelayan.
Michael tidak menjawabnya lagi, ia hanya mengedipkan satu matanya
memberi tanda kepada pelayan itu untuk meninggalkan mereka berdua.
“baiklah, sebelum makanannya datang aku ingin berbicara dulu denganmu.”
Kata pria itu sambil mengambil posisi duduk serius.
“hal apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Myca tanpa basa-basi.
Michael tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak kemudian berkata. “aku menyukaimu.”
Oh takdir! Tolong jangan permainkan aku! “kau pasti bergurau.” Kata Myca cuek.
Tidak lama datang seorang pelayan yang membawakan minuman dan makanan untuk keduanya.
“silahkan, selamat menikmati.” Ucapnya. Pelayan itu tersenyum dan segera pergi dari sana.
Michael memandang wajah Myca. Ia menatap mata gadis itu dalam-dalam.
“aku serius Myca.” Entah kenapa mendengar pengakuan Michael hati Myca
justru merasa sakit. Ia merasa di tipu.
“bagaimana dengan persiapan pernikahannya?” Myca sengaja mengalihkan
pembicaraan, ia harap Michael akan mengganti topik pembicaraan mereka.
“ohh soal itu, sudah 80%. Aku harap kau bisa datang menghadirinya.”
betul saja! Sepertinya memang Myca harus mengakhiri perasaannya selama
ini terhadap Michael.
Bagaimana kau bisa berkata seperti itu padahal kau akan menikah dengan orang yang kau cintai?
Myca beranjak dari tempat duduknya tanpa sepatah katapun. Ia
meninggalkan Michael sendiri di restaurant itu. Ia tidak tahan
mengahadapi semua cobaan yang datang bertubi-tubi ke dalam hidupnya.
Rasanya ingin ia berkata “Dunia, mengapa kau begitu kejam? Tidak adakah
belas kasihan untukku Tuhan? Berikanlah aku sedikit kebahagiaan...”
###
“bagaimana kau bisa tau rumahku?! Untuk apa kau kesini?!” pria yang
menemui Myca saat di bandara waktu itu datang ke rumahnya. Ia sungguh
terkejut bukan main.
“kan sudah ku bilang, aku ini teman kecilmu! Aku Hyou sahabatmu saat kau
tinggal di Jepang ketika berumur 5 tahun Myca!” Myca terbelalak
mendengar perkataan Hyou yang mengaku sebagai sahabat kecilnya. Ia baru
ingat, ia benar-benar lupa! Sudah 16 tahun tetapi pria itu masih ingat
dengannya.
Aku tidak menyangka ada orang dengan ingatan yang tajam seperti dia...
Hyou? Apa dia benar Hyou teman kecilnya dulu yang selalu menggendongnya
ketika terjatuh dari sepeda? Apa dia benar Hyou teman kecilnya dulu yang
memberikan topi rajutnya saat telinga Myca mulai membeku karena musim
dingin di Tokyo? Apa dia benar Hyou yang dulu pernah menyatakan cinta
padanya saat musim semi di bawa pohon ceri yang bermekaran?
ya Tuhan! Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya! Jahat sekali aku terhadapnya..
“Hyou?” ucap Myca, suaranya yang sangat pelan hampir tak terdengar oleh
Hyou. Ia masih belum percaya bahwa pria yang ada di depan matanya
benar-benar Hyou teman kecilnya saat berada di Jepang dulu.
Hyou melangkah pasti menghampiri Myca. Tanpa harus di jelaskan ia sudah
tau bahwa gadis itu sekarang sedang terkejut bukan kepalang. Hyou
menyentuh tangan Myca, ia menatap mata gadis itu lekat-lekat. “aku
pindah ke Indonesia sejak kau pergi dari Tokyo, aku selalu mengikutimu
selama ini, tetapi aku sengaja tidak mengikutimu ke Jerman karena aku
tau kepergianmu ke sana karena seseorang yang sangat kau cintai Myca.”
“Hyou maafkan aku..” tangis Myca yang tersedu-sedu mulai terdengar, ia
merasa sangat sedih saat ini. Ia butuh seseorang yang mampu meredakan
kepedihan hatinya akan Michael. Ia butuh seseorang! Refleks ia langsung
memeluk Hyou dengan erat, tangisnya pecah seketika itu juga, ia tidak
bisa lagi menanggung beban ini sendirian.
“menangislah Myca, aku akan selalu ada untukmu... aku akan menemani
saat-saat suka dan duka mu, aku tercipta untuk menemanimu... hanya saja
aku kurang beruntung karena aku tidak di takdirkan untuk menjadi
pendamping hidupmu. Kau harus berusaha agar mendapatkan apa yang kau
inginkan, jangan menyerah sedikitpun. Aku yakin nanti akan tiba waktunya
bagimu merasakan kebahagiaan..” dalam pelukannya itu Hyou menepuk-nepuk
punggung Myca dengan lembut. Ia mencoba menenangkan gadis itu seperti
seorang adik, ia sadar perasaanya terhadap Myca tidak akan pernah
terbalas. Ia tau hanya ada satu orang yang ada di hati gadis itu.
Kata-kata Hyou membuat Myca sedikit lebih baik. Beberapa saat kemudian
ia mulai tenang dan kembali duduk di sofa. “terimakasih Hyou, maaf aku
sudah berbuat kasar padamu waktu di bandara.” Myca menghapus air matanya
yang sesekali masih mengalir di pipinya dengan punggung tangannya.
Hyou mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya lalu mengusap tangis
Myca. “tidak apa, aku tau kau pasti akan lupa karena itu sudah lama
sekali. Jadi aku memaafkanmu.” Pria itu tersenyum begitu lebar sehingga
matanya yang kecil hanya terlihat seperti garis. Kalau saja ada
keajaiban, Myca berharap ia tidak pernah jatuh cinta kepada Michael, dan
ia berharap Hyou lah orang yang ia cintai. Jika keadaannya seperti itu,
pasti semua akan terasa lebih mudah, tidak menyakitkan seperti yang ia
rasakan sekarang.
###
Selama 1 minggu ini sudah kali ke 5 sms dari Michael berdatangan tetapi
Myca tidak lekas membalasnya. Bagaimana bisa ia menahan rasa sakit untuk
membalas pesan dari pria yang sangat ia cintai itu? hari ini saja
pagi-pagi sekali ia sudah mengirim sebuah text :
Myca, acaraku sudah 100% selesai. Aku ingin kau datang hari ini jam
6.30 pm di Hotel Indonesia. Maaf karena aku tidak sempat memberi
undangannya karena terlalu sibuk, kau tinggal sebutkan saja namamu
kepada pendaftar tamu, dia akan mengizinkanmu masuk. I’ll be waiting~
Apa Michael sengaja? Atau dia terlalu bodoh? Pesan yang ia kirim sungguh
menyiksa batin Myca. Hatinya perih teriris sembilu. Dia tidak tau apa
yang harus ia lakukan. Apa ia bisa menghadiri acara pernikahan pria itu?
apa ia bisa merelakan semua ini dengan tulus ikhlas? Apa ia berani
berhenti dari penantiannya selama ini? Apa seperti ini kah ending kisah
cintanya? Ia menghadiri pesta pernikahan seseorang yang sangat amat ia
cintai, memberi mereka selamat dan kecupan di pipi kanan dan kiri untuk
pengantin wanita, apa ia bisa melakukan itu semua?
Tekad Myca sudah bulat. Ia meyakinkan dirinya untuk yang terakhir kali
bahwa ia “BISA” melewati semua ini. Ya, hanya 1 hari ini dan semuanya
akan berakhir. Ia tidak akan lagi tersiksa oleh penantiannya yang hanya
membuang-buang waktu. Myca meminta Hyou untuk menemaninya pergi ke acara
pernikahan Michael. Hyou dengan senang hati menerima ajakan sahabatnya
itu, ia tau Michael adalah laki-laki yang sangat di cintai Myca setelah
wanita tersebut menceritakan semuanya. Ia paham dan sangat mengerti
perasaan Myca yang sedang terguncang.
Jam 6.40 mereka sampai di sebuah ruangan ballroom megah yang bergaya
classic. Design pesta pernikahan yang sangat anggun menurut Myca.
Matanya menjelajahi setiap sudut ruangan dan interior-interior mewah
yang menghiasi gemerlapnya pesta tersebut. Warna gold dan merah yang
indah tampaknya membuat Myca terhipnotis sampai-sampai ia lupa akan
keberadaan Hyou yang mengamatinya sambil terkekeh.
“kau nampak begitu takjub. Aku pun bisa mengadakan yang seperti ini jika
kau memintanya padaku.” Kata Hyou yang diakhiri canda tawanya.
Myca mendengus kesal, ia mempercepat langkahnya menjauhi Hyou dan
berniat untuk mengambil segelas minuman yang tersedia di sebuah meja
besar namun sepatu haknya menginjak gaun Myca yang terjuntai panjang dan
keseimbangannya pun goyah. Ia sudah bersiap untuk menahan malu, ia tau
pasti ia akan terjatuh. Tetapi Hyou bergerak cepat dan menahan tubuh
Myca.
“kau mungkin bukan jodohku, tapi kau tidak bisa lepas dariku Myca.” Hyou
memandang gadis itu beberapa saat. Ia rasa ia sudah gila karena ia
benar-benar mencintai orang yang tidak bisa ia miliki.
Myca tidak merespon perkataan Hyou, ia hanya terdiam dan kembali
berjalan menuju stand ice-cream di sana. Kalau saja keajaiban itu ada,
aku pasti memilihmu Hyou! Tetapi aku tidak bisa. Maafkan aku...
Sudah 20 menit Myca menikmati pesta pernikahan itu namun ia tidak
menangkap sosok Michael dan pengantin wanitanya. Matanya masih
mencari-cari keberadaan Michael, sedangkan Hyou, ia menghilang entah
kemana, Myca pun jadi kesal dibuatnya. Lalu terdengar suara seseorang
yang begitu ia kenal memanggil namanya. “Myca, maaf membuatmu menunggu
begitu lama. Aku terjebak macet saat menuju ke sini.” Dia datang!
Michael terlihat seperti orang yang habis mengikuti lomba lari, ia
mengucap dengan nafas yang tersengal-sengal dan nampak sedikit
berkeringat karena kelelahan. Tetapi Myca menemukan sedikit keganjilan.
“lalu dimana mempelai wanitmu? Kau tidak pergi bersamanya?” tanya Myca heran.
Michael menatap wanita itu dengan ekspresi aneh. Ia mengerutkan dahinya
dan melangkah mendekati Myca. “mempelai wanita? Apa maksudmu Myca? aku
menyuruhmu datang ke sini untuk menunjukan hasil kerjaku sebagai Event
Organizer suatu acara, dan aku di percayai menangani proyek ini.” jelas
Michael.
“jadi ini bukan acara pernikahanmu?!” tanya Myca masih tidak percaya. Ia
speechless tak dapat berkata apa pun selain meragukan penjelasan
Michael.
“pernikahan?” katanya kebingungan, tak lama Michael tertawa
terbahak-bahak. Ia mengerti sekarang mengapa waktu itu Myca beralasan
ingin cepat pulang saat pertama kali mereka berjumpa dan mengapa Myca
meninggalkannya saat mereka dinner. Michael memperhatikan wajah wanita
itu merah padam menahan malu. Ia tidak bisa menyembunyikan rasa sukanya
lagi, Michael menyukai Myca!
Pria itu menyentuh dagu Myca dan mengangkat perlahan wajahnya yang
tertunduk pada karpet merah tempat mereka berdiri. “Myca, dari dulu...
aku menyukaimu sejak dulu. Aku ingin kau tau semua ini, aku tidak bisa
menyembunyikan perasaanku selamanya dari mu dan menghindarimu. Aku tidak
mau menyia-nyiakan kesempatanku seperti waktu kita SMA. Dulu aku
terlalu naif untuk mengakui bahwa aku menyukaimu, tetapi sekarang aku
ingin kau mengetahuinya... aku mencintaimu Myca, kau wanita yang sangat
aku cintai. Aku beruntung bisa bertemu lagi denganmu, karena itu aku
tidak akan membuang kesempatan ini. Aku tidak mau lagi bertindak
bodoh...” kata-kata Michael terhenti ketika Myca melayangkan pelukannya.
Wanita itu menangis, tetapi Michael dapat merasakan bahwa itu adalah
tangis kebahagiaan, itu adalah tangis dari penantiannya yang begitu
mengharu biru.
Michael melingkarkan kedua lengannya pada pinggang Myca, sedangkan Myca
merangkul leher Michael. Pelukan itu terasa amat nyaman bagi Myca, ini
lah yang ia dambakan... ini lah yang ia harapkan... ini lah yang ia
impikan selama ini... dan ini lah doanya...
Tuhan maafkan aku yang sempat meragukanmu, ternyata selama ini kau
begitu baik terhadapku... mengetahui bahwa ia juga mencintaiku adalah
sebuah anugrah yang tak ternilai... sekarang aku tau mengapa Kau
memberikan cobaan-cobaan itu kepadaku... aku sadar semua indah pada
waktuNya...